Minggu, 18 Januari 2015

MAHLUK PALING SEMPURNA? APA IYA?

Benarkah kita sebagai manusia merupakan mahluk hidup yang paling sempurna? Kalau kita mau sedikit berusaha mencari jawabannya, ternyata sudah dari dahulu  berbagai pernyataan itu muncul, banyak pernyataan yang menyatakan bahwa sesungguhnya manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan memiliki akal yang logis dan pikiran yang mempunyai pemikiran dan ide yang luas serta tanpa  memiliki batas seperti yang dijelaskan menurut Al-Qur’an surat At-Tin ayat 4 berikut, “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” dan masih banyak lagi ayat-ayat yang membahas dan mengungkapkan hal tersebut.
Menurut beberapa ilmuan yang menyatakan berdasarkan ilmu logis bahwa manusia adalah binatang yang berfikir, mengeluarkan pendapatnya berdasarkan pikirannya atau menggunakan pikiran untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Di sini dijelaskan bahwa manusia yang mempunyai pikiran dan pendapat untuk berinteraksi sosial terhadap sesamanya dan mengeluarkan ide-ide yang muncul dalam pikirannya agar dapat menghasilkan suatu gagasan maupun solusi terhadap masalah yang ada.
Pernyataan tersebut juga dipaparkan oleh Aristoteles dalam filosofinya yang menyatakan bahwa manusia adalah hewan yang berakal sehat yang mengeluarkan pendapatnya dan berbicara berdasarkan akal pemikirannya. Namun, pernyataan tersebut disangga beberapa pernyataan bahwa di dalam diri manusia tak hanya terdapat unsur hewan, melainkan terdapat unsur akal dan moral. Menurut ilmu pengetahuan Psikoanalisis menyatakan bahwa manusia memiliki unsur hewan dan akal. Namun, bila manusia tak memiliki moral dalam setiap tindakannya manusia juga akan semena-mena dalam melakukan hal yang ia mau tanpa ada batasan-batasan yang dapat membedakan antara larangan dan kewajiban yang harus dipenuhi.
Segala sesuatu yang menyangkut aktivitas otak (kognitif) manusia sebagai manusia yang berpikir, selalu berusaha memahami lingkungannya dan sebagai mahluk yang selalu berpikir. Setiap lingkungan baru yang ditemuinya manusia berusaha beradaptasi dan memahami setiap lingkungan yang ia tempati, maupun yang dikunjungi agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini diharapkan mampu menciptakan kondisi yang saling berkaitan, sesuai dengan sifat manusia yang tercipta sebagai mahluk sosial. Apabila ini dilakukan dengan baik, maka akan memudahkan manusia dalam segala situasi ataupun kondisi yang dihadapinya.

            Dari berbagai pernyataan tersebut, manusia memang memiliki moral, akal, dan pikiran namun mengapa bila manusia diciptakan dengan bentuk yang sebenar-benarnya tampak dianggap sebagai hewan, bahkan kitap suci Al-Qur’an juga sudah dijelaskan. Namun, tampak terlihat sesuatu yang menonjol yang membedakan manusia dari mahluk lainnya adalah kita dikaruniai atau dibekali oleh Sang Pencipta (Allah SWT) akal maupun pikiran. Memang dari berbagai pernyataan dan ayat-ayat suci Al-Quran menyatakan bahwa Allah SWT menciptakan manusia diberikan akal maupun pikiran sebagai bekal untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Berdasarkan hal ini, ternyata pikiran kita memiliki potensi yang sangat luas, bahkan sampai dengan saat ini belum ada peneliti yang mampu mengukur batas maksimal kemampuan pikiran manusia. Contoh Albert Einstein sebagai orang paling terpandai dan tercerdas di dunia, beliau baru memanfaatkan potensi pikirannya kurang dari 10%. Betapa besar anugrah dari Sang Maha Pencipta berupa akal dan pikiran ini bagi manusia, baru dimanfaatkan kurang dari 10% saja sudah bisa memunculkan seorang Albert Einstein yang pemikirannya bisa memberi manfaat bagi kita semua di dunia. Bagaimana kalau pikiran bisa dimanfaatkan lebih dari itu? Yang lebih istimewa lagi, pikiran manusia mampu berpikir tentang pikiran itu sendiri.
            Pikiran terbagi menjadi dua bagian, yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar yang bekerja secara bersamaan dalam waktu yang bersamaan pula, dan perlu dipahami sebenarnya tidak ada batas yang jelas antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Menurut para pakar, dalam kondisi normal pikiran sadar mengendalikan perilaku kita 12%, sedangkan pikiran bawah sadar mengendalikan 88%. Dengan kata lain, pikiran bawah sadar 9 kali lebih kuat daripada pikiran sadar untuk mengendalikan perilaku kita sehari-hari, sehingga dalam kondisi apapun apabila terjadi ketidak sesuaian antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, maka yang akan menang selalu pikiran bawah sadar. Untuk itu, program pikiran yang telah masuk ke dalam pikiran bawah sadar akan menjadi autopilot (otomatis) yang menggerakkan tubuh kita sesuai dengan program yang kita masukkan. Kita ambil contoh sederhana, kita yang dulunya belum bisa ataupun tidak memahami matematika diawali dengan belajar berulang-ulang akhirnya menjadi bisa karena terbiasa, dan dengan membiasakan belajar berulang-ulang setiap hari kita menjadi mahir dalam menghafal setiap materi yang kita pelajari, kita akan otomatis bisa mengerjakan soal apapun yang telah kita pelajari tersebut.
            Belajar dari contoh tersebut, kita bisa memasukkan program pikiran ataupun sesuai apa yang kita inginkan ke dalam pikiran bawah sadar kita dengan cara berulang-ulang, atau kata kuncinnya adalah pengulangan (repetisi). Kita bisa memahami pikiran dengan belajar dengan berpikir tentang pikiran kita, dan belajar memasukkan program pikiran yang mendukung pencapaian impian kita dengan cara dilakukan secara berulang-ulang. Apabila hal itu sudah tertanam kedalam pikiran bawah sadar, maka akan otomatis mejadi kebiasaan untuk mendukung pencapaian impian yang kita inginkan.

0 komentar:

Posting Komentar