Benarkah
kita sebagai manusia merupakan mahluk hidup yang paling sempurna? Kalau kita mau sedikit berusaha mencari
jawabannya, ternyata sudah dari dahulu
berbagai pernyataan itu muncul, banyak pernyataan yang menyatakan bahwa sesungguhnya
manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan memiliki akal yang
logis dan pikiran yang mempunyai pemikiran dan ide yang luas serta tanpa memiliki batas seperti yang dijelaskan
menurut Al-Qur’an surat At-Tin ayat 4 berikut, “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya” dan masih banyak lagi ayat-ayat yang membahas dan
mengungkapkan hal tersebut.
Menurut beberapa ilmuan yang menyatakan berdasarkan ilmu logis bahwa manusia adalah binatang yang
berfikir, mengeluarkan pendapatnya berdasarkan pikirannya atau menggunakan
pikiran untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Di sini dijelaskan bahwa manusia yang mempunyai pikiran
dan pendapat untuk berinteraksi sosial terhadap sesamanya dan mengeluarkan ide-ide
yang muncul dalam pikirannya agar dapat menghasilkan suatu gagasan maupun
solusi terhadap masalah yang ada.
Pernyataan tersebut juga dipaparkan oleh Aristoteles dalam filosofinya yang
menyatakan bahwa manusia adalah hewan yang berakal sehat yang mengeluarkan
pendapatnya dan berbicara berdasarkan akal pemikirannya. Namun, pernyataan
tersebut disangga beberapa pernyataan bahwa di dalam diri manusia tak hanya
terdapat unsur hewan, melainkan terdapat unsur akal dan moral. Menurut ilmu
pengetahuan Psikoanalisis menyatakan bahwa manusia memiliki unsur hewan dan
akal. Namun, bila manusia tak memiliki moral dalam setiap tindakannya manusia
juga akan semena-mena dalam melakukan hal yang ia mau tanpa ada batasan-batasan
yang dapat membedakan antara larangan dan kewajiban yang harus dipenuhi.
Segala sesuatu yang menyangkut aktivitas otak (kognitif) manusia sebagai manusia yang berpikir, selalu berusaha memahami lingkungannya dan sebagai
mahluk yang selalu berpikir. Setiap lingkungan baru yang ditemuinya manusia berusaha beradaptasi dan
memahami setiap lingkungan yang ia tempati, maupun yang dikunjungi agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini diharapkan mampu menciptakan
kondisi yang saling berkaitan, sesuai dengan sifat manusia yang tercipta
sebagai mahluk sosial. Apabila ini dilakukan dengan baik, maka akan memudahkan
manusia dalam segala situasi ataupun kondisi yang dihadapinya.
Dari berbagai pernyataan tersebut, manusia memang memiliki moral, akal,
dan pikiran namun mengapa bila manusia diciptakan dengan bentuk yang sebenar-benarnya
tampak dianggap sebagai hewan, bahkan kitap suci Al-Qur’an juga sudah
dijelaskan. Namun, tampak terlihat
sesuatu yang menonjol yang membedakan manusia dari mahluk lainnya adalah kita
dikaruniai atau dibekali oleh Sang Pencipta (Allah SWT) akal maupun pikiran.
Memang dari berbagai pernyataan dan ayat-ayat suci Al-Qur’an menyatakan bahwa Allah SWT
menciptakan manusia diberikan akal maupun pikiran sebagai bekal untuk menjalani
kehidupan di dunia ini. Berdasarkan hal ini, ternyata pikiran kita memiliki
potensi yang sangat luas, bahkan sampai dengan saat ini belum ada peneliti yang
mampu mengukur batas maksimal kemampuan pikiran manusia. Contoh Albert Einstein
sebagai orang paling terpandai dan tercerdas di dunia, beliau baru memanfaatkan potensi pikirannya kurang dari
10%. Betapa besar anugrah dari Sang Maha Pencipta berupa akal dan pikiran ini
bagi manusia, baru dimanfaatkan kurang dari 10% saja sudah bisa memunculkan
seorang Albert Einstein yang pemikirannya bisa memberi manfaat bagi kita semua
di dunia. Bagaimana kalau pikiran bisa dimanfaatkan lebih dari itu? Yang lebih
istimewa lagi, pikiran manusia mampu berpikir
tentang pikiran itu sendiri.
Pikiran terbagi menjadi dua bagian, yaitu pikiran sadar
dan pikiran bawah sadar yang bekerja secara bersamaan dalam waktu yang
bersamaan pula, dan perlu dipahami sebenarnya tidak ada batas yang jelas antara
pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Menurut para pakar, dalam kondisi normal
pikiran sadar mengendalikan perilaku kita 12%, sedangkan pikiran bawah sadar mengendalikan 88%.
Dengan kata lain, pikiran bawah sadar 9 kali lebih kuat daripada pikiran sadar
untuk mengendalikan perilaku kita sehari-hari, sehingga
dalam kondisi apapun apabila terjadi ketidak sesuaian antara pikiran sadar dan
pikiran bawah sadar, maka yang akan menang selalu pikiran bawah sadar. Untuk
itu, program pikiran yang telah masuk ke dalam pikiran bawah sadar akan menjadi
autopilot (otomatis) yang menggerakkan tubuh kita sesuai dengan program yang kita
masukkan. Kita ambil contoh sederhana, kita yang dulunya belum bisa ataupun
tidak memahami matematika diawali dengan belajar berulang-ulang akhirnya
menjadi bisa karena terbiasa, dan dengan membiasakan belajar berulang-ulang
setiap hari kita menjadi mahir dalam menghafal setiap materi yang kita pelajari,
kita akan otomatis bisa mengerjakan soal apapun yang telah kita pelajari
tersebut.
Belajar dari contoh tersebut, kita
bisa memasukkan program pikiran ataupun sesuai apa yang kita inginkan ke dalam
pikiran bawah sadar kita dengan cara berulang-ulang, atau kata kuncinnya adalah
pengulangan (repetisi). Kita bisa memahami pikiran dengan belajar dengan
berpikir tentang pikiran kita, dan belajar memasukkan program pikiran yang
mendukung pencapaian impian kita dengan cara dilakukan secara berulang-ulang.
Apabila hal itu sudah tertanam kedalam pikiran bawah sadar, maka akan otomatis
mejadi kebiasaan untuk mendukung pencapaian impian yang kita inginkan.
0 komentar:
Posting Komentar